Kasus Pembunuhan yang Menggemparkan di Tahun 2023
7 mins read

Kasus Pembunuhan yang Menggemparkan di Tahun 2023

asus pembunuhan yang dilakukan Slamet Tohari (45), orang yang mengaku sebagai dukun pengganda uang di Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, mengejutkan banyak pihak. Jumlah korban yang diduga dibunuh oleh Slamet mencapai belasan orang. Jenazah para korban itu ditemukan terkubur di lahan perkebunan di Desa Balun, Kecamatan Wanayasa, Banjarnegara.

Pembunuhan di Banjarnegara ini adalah salah satu kasus kriminalitas paling menggemparkan tahun ini. Ada pembunuhan berantai yang melibatkan komplotan penipu yang menyasar para perempuan pekerja migran, pembunuhan karena terjerat pinjaman daring, dan sejumah kasus lainnya. Berikut adalah lima kasus pembunuhan keji yang terungkap hingga April 2023 ini.

Pembunuhan oleh Dukun Pengganda Uang di Banjarnegara

Terungkapnya kasus ini berawal dari laporan hilangnya korban Paryanto (53), laki-laki asal Sukabumi, Jawa Barat. Korban sempat mengirim pesan kepada anaknya tentang keberadaannya di rumah Slamet Tohari. Menindaklanjuti informasi dalam pesan itu, polisi menemukan jenazah korban yang dibunuh Slamet dengan cara diracun dan sudah dikubur di kebun.

Dari situ ditemukan pula 11 korban lain yang sebelumnya dibunuh Slamet. Total ada 12 korban yang dibunuhnya. Sebanyak 10 jenazah yang diduga korban pembunuhan Slamet ditemukan pada Senin (3/4/2023) setelah polisi dan relawan melakukan penggalian. Sementara itu, satu orang korban lain yang berasal dari Sukabumi, Jawa Barat, telah ditemukan lebih dulu.

Tersangka Slamet Tohari mengaku sebagai dukun pengganda uang dan mempromosikan dirinya di media sosial Facebook lewat bantuan Budi Santoso (33).

Tersangka Slamet Tohari mengaku sebagai dukun pengganda uang dan mempromosikan dirinya di media sosial Facebook lewat bantuan Budi Santoso (33). Korban antara lain dijanjikan bisa mendapatkan penggandaan uang hingga miliaran rupiah.

Para korban yang terus menagih kemudian dibunuh dengan cara diracun lewat minuman yang dicampur potas. Korban lalu dikuburkan di kebun singkong milik tersangka yang terletak di areal perkebunan yang jaraknya sekitar 2 kilometer dari permukiman warga. Dari pusat kota Banjarnegara, jarak lokasi pembunuhan itu sekitar 31 kilometer yang bisa ditempuh dalam waktu 1 jam.

Berdasar hasil penyidikan, salah seorang korban dipastikan meninggal akibat mengonsumsi potasium sianida. Korban diberi serbuk obat yang mengandung zat beracun itu dalam ritual yang dijalankan sang dukun. Korban yang meninggal akibat mengonsumsi potasium sianida itu adalah Paryanto (53), warga Sukabumi, Jawa Barat. Dari hasil pemeriksaan kepolisian, didapati dua obat jenis clonidine serta potas atau potasium sianida.

Potas berupa serbuk, sedangkan clonidine berwujud pil. Keduanya digunakan Slamet ketika melancarkan aksi kejinya lewat sebuah ritual yang dilakukan di kebun dekat lokasi penguburan korban.

”Jadi, sebelum korban itu dikasih minuman (potasium) sianida, dia (korban) dites pakai clonidine. Kalau mengantuk, berarti ritualnya gagal. Kalau tidak mengantuk, baru dikasih (potasium) sianida. Itu dari hasil penyidikan,” kata Kepala Kepolisian Daerah Jawa Tengah Inspektur Jenderal Ahmad Luthfi dalam jumpa pers, Kamis (6/4/2023), di Kota Surakarta, Jateng.

Kandungan racun itu dibuktikan setelah pemeriksaan toksikologi pada sejumlah organ vital Paryanto. Hasil uji laboratorium menunjukkan organ-organ, seperti lambung, ginjal, paru-paru, otak besar dan kecil, hati, cairan darah, hingga cairan rongga mulut, dinyatakan positif mengandung potasium sianida.

Luthfi sebelumnya menyampaikan, para korban antara lain dijanjikan penggandaan uang. Misalnya ada yang menyetor Rp 50 juta dijanjikan akan digandakan menjadi Rp 6 miliar.

”Padahal dia tipu-tipu itu dukun. Begitu ditagih, dia gelap mata dengan modus operandi seperti itu. Begitu ditagih, kepepet, diundang, diajak ke rumahnya, kemudian dikasih minuman dengan janji apabila Anda kuat, nanti uangnya akan digandakan. Padahal, begitu minum, dia lemas, lalu dikubur,” tuturnya.

Kepala Satuan Reserse Kriminal Kepolisian Resor Banjarnegara Ajun Komisaris Bintoro Thio menyampaikan, dalam aksinya, tersangka Slamet terus merayu korban selama korban masih memiliki uang. Ia terus memberikan iming-iming untuk melipatgandakan uang korban. Namun, ketika uang habis dan korban mulai curiga lalu menagih, maka korban akan dibunuh.

”Dia (Slamet) selama korban masih punya duit, maka ditarik-ulur, tarik-ulur. Kalau sudah akhir dan korban sadar ditipu, tersangka mulai khawatir (lalu direncanakan membunuh),” kata Bintoro.

Sebelumnya, Ahmad Hidayat (28) dari Palembang menyampaikan, Mulyadi (46), sang kakak yang sehari-hari bekerja sebagai developer bangunan dan perumahan, hilang sejak Oktober 2021. Sang kakak sempat mengirimkan lokasinya lewat aplikasi Whatsapp kemudian seminggu setelah itu hilang.

Hidayat berharap, pelaku dihukum seberat-beratnya. ”Kalau bisa hukumannya seumur hidup atau hukuman mati karena korbannya banyak,” kata Hidayat saat menghadiri pemakaman para korban di tempat pemakaman umum Desa Balun, Selasa siang.

Kepala Kepolisian Resor Banjarnegara Ajun Komisaris Besar Hendri Yulianto di Desa Balun, Kecamatan Wanayasa, Banjarnegara, Jawa Tengah, Selasa (4/4/2023) mengatakan, dari hasil interogasi, tersangka membunuh para korbannya ini sejak 2020. ”Rata-rata mereka ini berdua, suami-istri,” ujar Hendri.

Hendri juga mencoba bertanya kepada tersangka, bagaimana perasaannya setelah membunuh sedemikan banyak korban. ”Sudah tidak tega sama sekali. Sudahlah, intinya saya menerima menjalani hukuman. Intinya yang sudah, sudah, enggak akan berulang lagi,” ujar Slamet Tohari di depan wartawan.

Seneh (49), istri dari Slamet Tohari, menikah dengan Tohari selama 25 tahun dan dikaruniai dua anak. Namun, ia mengaku tidak tahu-menahu apa saja yang dilakukan suaminya terkait penggandaan uang.

”Pekerjaan bapak itu serabutan, lah. Tidak jelas. Saya tidak tahu (dukun) itu. Memang ada tamu berkunjung, tapi kalau sudah saya buatkan minum, lalu mengobrol dengan bapak,” kata Seneh saat ditemui di rumahnya di RT 017 RW 004.

Di rumah yang berdinding beton serta memiliki dua tingkat itu, terdapat satu bangunan berukuran 2 meter x 3 meter di sisi depannya. Bangunan bercat biru dan putih ini, menurut Seneh, biasa dipakai suaminya untuk berbincang dengan tamunya. ”Di sana paling sebentar, lalu kembali lagi ke ruang tamu untuk mengobrol,” katanya.

Seneh mengaku, setahun terakhir, suaminya jarang pulang karena diduga selingkuh dengan perempuan lain. Menurut Seneh, dirinya juga kadang kala mengalami kekerasan dari suaminya. ”Ya, cuma malu wong suaminya jadi pembunuh, tapi ya malu-malu bagaimana karena saya sendiri memang kurang tahu bagaimananya,” papar Seneh.

Maman (55), tetangga pelaku yang sudah tinggal di Desa Balun belasan tahun, juga mengenal Slamet Tohari sebagai sosok yang murah hati atau dalam bahasa Jawa dikenal nyah-nyoh (mudah memberi sesuatu). Bahkan kepada sesama temannya yang suka minuman beralkohol atau karaoke, Tohari sesekali mentraktirnya. ”Yang suka minum ya dikasih minum. Pernah juga menanggap lengger, dia yang ngebosin,” kata Maman. Ia juga menyebutkan bahwa Tohari sering berganti mobil.

Ketika ditanya mengenai pekerjaan Slamet Tohari, warga menyebutkan memang banyak tamu dari luar kota yang menyebutnya sebagai dukun pengganda uang. Kepada tamu tersebut, warga menyebutnya sebagai pasien Mbah Slamet. Meski demikian, warga sekitar justru tidak memercayai sama sekali kemampuan Slamet untuk menggandakan uang itu.

”Kalau soal menipu uang, sudah dengar dari dulu, tapi kami tidak bisa apa-apa. Kami kaget kalau ada kasus pembunuhan,” kata Mahmudin.

Hal itu sejalan dengan keterangan Kepala Kepolisian Resor Banjarnegara Ajun Komisaris Besar Hendri Yulianto yang mengatakan, Slamet Tohari pernah menjadi residivis kasus uang palsu di Pekalongan pada 2019. Namun, Hendri tidak menyampaikan berapa nominal uang palsu yang ditemukan.

Maman mengisahkan pula bahwa pernah ada tamu yang datang ke desa itu untuk menagih janji Mbah Slamet, tapi tidak juga membuahkan hasil. Ada juga yang pernah cerita mau dibunuh. ”Ada tamu dari Blora nangis-nangis. Juga ada tamu dua orang cerita bahwa mau dibunuh Tohari. Mereka kehabisan uang dan minta tolong diantar pulang dan nanti dibayar kalau sudah sampai rumah,” katanya.

Atas kasus yang menggemparkan ini, Camat Wanasaya Sri Wahjuni menyampaikan, pihaknya akan berkoordinasi dengan para perangkat desa untuk lebih hati-hati terhadap adanya orang luar yang berkunjung ke desa.

”Karena selama ini memang desa ini jadi tempat transit sayuran. Jadi, orang dari mana pun itu memang banyak. Ini pusatnya sayuran sehingga banyak tengkulak. Jadi, memang kami susah juga, orang yang sudah merapat di sini berapa hari. Ini ke depan mungkin jadi koreksi saya akan menertibkan lagi pemerintah desa (untuk memantau),” kata Sri.