The Menu, Dendam Dan Amarah Yang Disajikan Dalam Sebuah Menu Makan Malam
4 mins read

The Menu, Dendam Dan Amarah Yang Disajikan Dalam Sebuah Menu Makan Malam

Saat melihat trailer-nya pertama kali, saya langsung tertarik www.restaurantesantaclara.com untuk menonton film The Menu ini. Bukan tanpa alasan, ada beberapa aspek yang sukses menarik perhatian saya, mulai dari dunia kuliner, kisah thriller yang ditawarkan, serta kehadiran Anya Taylor-Joy sebagai salah satu karakter utama. Well, meski tak sempurna, namun benar saja saya sangat terhibur oleh film ini. Yuk, simak ulasannya!

Sinopsis

Seorang food enthusiast bernama Tyler (Nicholas Hoult) mengajak rekannya, Margot (Anya Taylor-Joy), untuk datang ke sebuah restoran eksklusif milik koki kenamaan, Julian Slowik (Ralph Fiennes), di pulau pribadinya. Mereka dan tamu penting lain segera melakukan perjalanan ke Hawthorne menggunakan boat yang sudah disediakan.

Sesampainya di sana, mereka langsung disambut oleh seorang kapten restoran bernama Elsa yang mendapati bahwa ternyata nama Margot tidak tercatat di buku tamu sesuai reservasi. Well, usut punya usut ternyata Tyler memang hendak mengajak orang lain.

Setelah mengikuti island tour, Elsa mempersilakan tamu untuk masuk ke dalam restoran. Datanglah koki yang mereka tunggu-tunggu, Julian, bersama satu timnya. Sajian pertama pun datang dengan cukup normal dan setiap tamu memiliki impresi yang berbeda.

Baca Juga : Sinopsis dan Profil Pemain A Quiet Place

Ada pasangan suami istri yang tak terlalu peduli dan justru membicarakan hubungannya sendiri. Ada juga artis serta managernya yang sibuk sendiri, kritikus makanan, kumpulan pengusaha, serta Tyler yang sangat terobsesi dengan hidangan tersebut. Masuk ke hidangan kedua, Julian bersama tim mulai menyajikan menu roti tapi tanpa roti. Yup, hanya saus atau selai pendampingnya saja.

Para tamu pun sontak tergelitik, ada yang masih kagum dengan konsep tersebut, namun ada juga yang mulai tidak terima. Perlahan kejanggalan pun mulai terlihat, terlebih ketika masuk ke hidangan ketiga. Masih disajikan dengan narasi di setiap menunya, hidangan ketiga ini diberi nama “Memories”, yang terinspirasi dari kenangan kelam di masa lalunya.

Kali ini ada hidangan paha ayam dengan gunting yang tertancap di daging bersama dengan tortilla. Bukan tortilla biasa, di atasnya terukir sebuah gambar dan tulisan sesuai kesalahan yang pernah dilakukan oleh para tamu. Para tamu pun terkejut, bahkan ketakutan. Menu ketiga ini seakan menjadi awal pertanda bahwa sesuatu yang tidak beres akan terus terjadi pada hidangan-hidangan selanjutnya.

Pengalaman fine dining yang tak manusiawi

Semakin terasa tidak nyaman, Margot pergi diam-diam merokok dan justru melihat seseorang di luar sedang membawa properti sayap ke arah laut. Hingga akhirnya, koki Julian mendatanginya dan bertanya alasan Margot enggan menyantap menu kedua dan ketiga. Julian juga bertanya tentang asal-usul Margot dan alasan namanya tidak ada di daftar reservasi.

Well, masuk ke hidangan keempat, Julian memperkenalkan sous-chef bernama Jeremy yang menciptakan menu selanjutnya, “The Mess”. Seperti biasa, Julian memberi narasi, setelah itu tiba-tiba Jeremy melakukan hal yang mengejutkan. Para tamu ketakutan, bahkan salah satu tamu bernama Richard mencoba untuk pergi dari tempat tersebut.

Berusaha memberontak untuk keluar, Richard ditahan dengan paksa hingga jarinya terpotong. Julian pun mengatakan bahwa ini semua adalah bagian dari “menu” dan para tamu malam itu dipilih karena alasan tertentu. Semua karena rasa frustrasinya dan kebenciannya terhadap orang kaya maupun mereka yang memanfaatkan orang lain.

Ia menegaskan bahwa malam tersebut akan berakhir dengan kematian semua orang di sana. Dimulai dengan “angel investor” yang mendanai pulau tersebut dengan banyak korupsi. Di sisi lain, ada Margot yang tak tahu apa-apa, sampai akhirnya Julian memberinya pilihan untuk mati bersama staf atau tamu. Well, kejutan apa saja yang masih akan berlanjut di menu-menu selanjutnya dan apa yang akan Margot pilih?

Kesimpulan

Entah mengapa film The Menu ini sedikit mengingatkan saya pada film Midsommar, mulai dari alur dan pengembangan ceritanya. Layaknya Midsommar, dalam film ini awalnya para karakter dibuat kagum dengan suatu tempat maupun sajian yang ditawarkan. Perlahan, hal-hal aneh dan tak biasa pun mulai terjadi. Yup, konsep menu “aneh” sekaligus mengganggu tersebut jadi kekuatan dalam film ini.

Well, meski begitu pengenalan karakter pada The Menu terasa cepat dan tak terlalu dalam. Meski begitu, secara keseluruhan film The Menu ini sangat menghibur, terlebih dari segi ide ceritanya. Narasi yang dibawakan oleh Julian di setiap menunya untuk sampai ke tujuan tertentu jadi aspek yang menarik. Selain itu, semua pemain beradu peran dengan sangat apik dan sesuai porsinya.  Tentang dendam, kemarahan, dan kekejian yang dibalut dengan keindahan seni dalam sepiring makanan, The Menu sudah bisa kamu tonton di seluruh bioskop di Indonesia, ya!